Sabtu, 15 April 2017

TRANSLASI MATA UANG ASING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          1.1              Latar Belakang
Translasi mata uang asing adalah proses informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, berbeda halnya dengan konversi antar mata uang asing yang memiliki pertukaran dari satu mata uang lainnya secara fisik. Beberapa alasan dilakukannya translasi mata uang asing, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Perusahaan dengan kegiatan operasional di luar negeri yang signifikan mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang informasi laporan kepada pembaca mengenai opeerasional perusahaan secara global sehingga diperlukan adanya penyamaan mata uang asing.
2.      Berkomunikasi dengan peminat saham asing. Perusahaan yang melakukannnya merupakan perusahaan yang dalam bentuk usaha terbuka sehingga laporan keuangan dapat dibaca oleh masyarakat umum dengan mudah, sehingga dengan laporan keuangan yang sudah dikonversikan maka akan merangsang investor untuk menanam saham pada perusahaan.
3.      Memperhitngkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang asing.
4.      Mencatat transaksi mata uang asing. Transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
5.      Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan. Translasi tidak harus dibuat oleh perusahaan induk, anak perusahaan dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan mata uang yang digunakan perusahaan induk. Namun apabila perusahaan merupakan perusahaan tunggal, maka perusahaan tersebut harus mengonversi nilai nominal atas transaksi-transaksi dengan metode translasi yang berbeda.

1.2              2.1              Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Bagaimana efek laporan keuangan terhadap kurs alternatif  mata uang asing?
2.      Apakah metode yang digunakan dalam translasi mata uang asing?
3.      Bagaimana keuntungan dan kerugian yang ditimbukan dari transalasi mata uang asing?
4.      Bagaimana perkembangan pada transaksi mata uang asing?
5.      Bagaimana praktik-praktik translasi mata uang asing di berbagai negara?

1.3              3.1              Tujuan Masalah
Berdasarkan paparan rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui efek laporan keuangan terhadap kurs alternatif  mata uang asing.
2.      Mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam translasi mata uang asing.
3.      Mengetahui keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari translasi mata uang asing.
4.      Mengetahui perkembangan pada transaksi mata uang asing.
5.      Mengetahui praktik-praktik translasi mata uang asing di berbagai negara.

 BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Efek Laporan Keuangan Terhadap Kurs Alternatif  Mata Uang Asing
Terdapat tiga kurs translasi yang digunakan untuk mentranslasikan neraca mata uang asing terhadap mata uang domestik, yaitu :
1.      Kurs saat ini ; kurs yang berlaku pada tanggal laporan keuangan.
2.      Kurs historis ; translasi mata uang yang berlaku saat asset dengan mata uang pertama kali didapatkan atau saat kewajiban dengan mata uang asing pertama kali muncul.
3.      Kurs rata-rata ; nilai rata-rata biasa atau dengan pembobotan baik pada kurs historis saat ini.

Translasi Mata Uang Asing
Perbedaan karakteristik pada transaksi mata uang asing adalah perjanjian yang dipengaruhi oleh mata uang asing. Transaksi mata uang asing mungkin menggunakan satu mata uang akan tetapi dihitung dengan mata uang lain. Sebagai alasannya adalah adanya gagasan mengenai mata uang fungsional. Mata uang fungsional suatu perusahaan adalah mata uang utama yang digunakan untuk menjalankan bisnis, menghasilkan, dan menghabiskan kas. Berikut keadaan yang membenarkan penggunaan mata uang lokal atau induk perusahaan sebagai mata uang fungsional.
KRITERIA MATA UANG FUNGSIONAL
Faktor Ekonomi
Mata uang lokal sebagai mata uang fungsional
Mata uang induk perusahaan sebagai mata uang fungsional

Arus Kas
Menggunakan mata uang lokal dan tidak berpengaruh terhadap arus kas
Berpengaruh secara langsung terhadap arus kas dan dikembalikan ke induk perusahaan

Harga Jual
Sangat tidak peduli dengan tingkat perubahan nilai tukar dan di atur oleh kompetisi lokal
Responsif terhadap perubahan nilai tukar dan dilakukan oleh kompetisi internasional

Harga Pasar
Kebanyakan apada negara adidaya dan menggunakan mata uang lokal
Kebanyakan pada negara induk dan menggunakan mata uang negara induk

Anggaran Biaya
Sering terjadi pada daerah lokal
Sangat berkaitan dengan faktor produktif yang diberikan dari induk perusahaan

Keuangan
Menggunakan mata uang lokal dan dilayani oleh operasional lokal
Diberikan oeh induk perusahaan atau bergantung pada induk perusahaan agar memenuhi  kewajiban jangka panjang

Internal Perusahaan
Jarang, tidak ekstensif
Sering kali dan transkasi yang ekstensif


Perspektif Transaksi Tunggal
            Pada transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar baik stabil maupun tidak, dimasukkan sebagai penyesuain terhadap pembukuan transaksi awal dengan alasan bahwa transaksi dan perjanjiannya merupakan kejadian tunggal.

Perspektif Transaksi Ganda
            Pada transaksi ganda, penerimaan piutang mempertimbangkan kejadian yang terpisah dari penjualan yang memberikan tambahan pendapatan.

2.2       Translasi Mata Uang Asing
            Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam translasi mata uang asing, antara lain :
1.      Single Rate Method
Laporan keuangan operasi luar negeri yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut mentrasaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan rasa lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstanta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang di konsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metdode kurs yang berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untu keuntungan pemgang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perpektif valuta tunggal, yaitu mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran.
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengansumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh resiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs transalsi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hal ini jarang benar karena nilai persedian dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya di dukung oleh inflasi lokal.

2.      Multiple Rate Method
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi, diantaranya :
1.      Metode berlaku-historis
Berdasarkan pendekatan ini, yang populer di Amerika Serikat dan di tempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan ke dalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs yang berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditransalasikan dengan kurs historis. Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan di laporkan. Beban depresiasi dan amrtisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi ini memiliki sejumlah kelemahan, yaitu metode ini kurang memiliki justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dna non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.

2.      Metode moneter-nonmoneter
Pada metode ini memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas ; pemakaian kurs berlaku untuk menranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.

3.      Metode temporal
Menurut pendekatan ini, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran. Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur ; metode ini hanya dapat mengubah unti pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya mengubah (restate) denominasi persediaan tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item-item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa di ukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan di bawah aturan biaya atau pasar.

2.3              Keutungan dan Kerugian Translasi Mata Uang Asing
Adapun keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan akibat translasi mata uang asing adalah sebagai berikut :
1.      Penangguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direaklisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing. Pnyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.

2.      Penangguhan dan amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguhkan dan diamortisasi selama umur aktiva terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.

3.      Penangguhan parsial
Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.

4.      Tidak ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laopran laba rugi sesegera mngkin. Tapi, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. Keuntungan dan kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas dalam mata uang domestik dan harus diakui.

2.4       Perkembangan Akuntansi Translasi Pada Mata Uang Asing
            Praktik akuntansi translasi telah berkembang dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai inisiatif pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman negara-negara lain.
1.      Sebelum 1965
Accounting Research Bulletin (ARB) No. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB No. 43 mendorong penggunaan metdoe kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukkan ke dalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.
2.      1965-1975
Bab 12 ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian untuk metode kini-non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jagka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs ini. Setiap perbedaan akuntansi yang diebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs ini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.

3.      1975-1981
FASB mengeluarkan FAS No. 8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar. Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No. 8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi.pengaruhnya terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dengan demikian akan menekan harga saham multinasional.

4.      1981-Hingga kini
FASB mempertimbangkan kembali FAS No. 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement of Financial Accounting Standards No. 52 pada tahun 1981.

2.5       Praktik-Praktik Translasi Mata Uang Asing Diberbagai Negara
            Translasi mata uang asing telah diterapkan diberbagai negara seperti :
1.      Inggris : Laporan keuangan harus disesuaikan terlebih dahulu pada level harga saat itu, kemudian ditranslasikan menggunakan kurs saat ini.
2.      Jepang : Kurs saat ini pada semua kondisi dengan penyesuaian translasi mata uang asing yang diperlihatkan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham.
3.      Amerika Serikat : menggunakan metode kurs sementara

BAB III
KESIMPULAN

Translasi mata uang asing adalah proses informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Terdapat tiga kurs translasi yang digunakan untuk mentranslasikan neraca mata uang asing terhadap mata uang domestik, yaitu kurs saat ini, kurs historis, dan kurs rata-rata. Perbedaan karakteristik pada transaksi mata uang asing adalah perjanjian yang dipengaruhi oleh mata uang asing. Transaksi mata uang asing mungkin menggunakan satu mata uang akan tetapi dihitung dengan mata uang lain.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam translasi mata uang asing, antara lain single rate method dan multiple rate method (metode berlaku-historis, metode moneter-nonmoneter, dan metode temporal). Adapun keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan akibat translasi mata uang asing yaitu penangguhan, penangguhan dan amortisasi, penangguhan parsial, dan tidak ditangguhkan.
Praktik akuntansi translasi telah berkembang dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter internasional. Oleh karena itu, praktik-praaktik translasi mata uang asing telah dilakuka di berbagai negara, misalnya di Inggris, Jepang, dan juga Amerika Serikat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academi.edu/12046522/AKUNTANSI_MATA_UANG_ASING_OLEH
https://www.google.co.id/amp/s/anfamifardela.wordpress.com/2011/05/11/translasi-mata-asing/amp/
http://sukman21.blogspot.co.id/2015/05/makalah-translasi-mata-uang.html?m=1